Monthly Archives: Mei 2011

Tiga Ledakan Guncang China, 5 Orang Terluka

BBCIndonesia.com – detikNews

Tiga ledakan menghantam gedung-gedung pemerintah di provinsi sebelah timur Cina, Jiangxi. Sejumlah laporan awal menyatakan tiga ledakan mengakibatkan lima orang mengalami luka di kota Fuzhou.

Laporan lain mengatakan beberapa bom mobil diledakkan di luar kantor kejaksaan, kemudian di Badan Obat-obatan dan Makanan Fuzhou, dan getaran ketiga mengguncang kantor administrasi wilayah.

Seorang saksi mata kepada kantor berita Xinhua mengatakan sebagian besar kaca di kanor kejaksaan yang berlantai delapan itu.

Saksi mata mengatakan ambulans tak lama setelah kejadian dan kemudian mengevakuasi korban ke rumah sakit.

Selain merusak kantor-kantor pemerintah itu satu unit mobil hancue dan 10 lainnya mengalami kerusakan di lokasi terjadinya ledakan.

Seorang sumber di pemerintahan mengatakan seorang petani yang tengah dalam kondisi duka dicurigai menjadi dalang ketiga ledakan itu.

Awal bulan ini, lebih dari 40 orang terluka dalam sebuah serangan bom molotov di sebuah bank di Provinsi Gansu yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Tibet.

Polisi memastikan pelaku serangan adalah seorang mantan pegawai bank tersebut.
(bbc/bbc)

(Sumber: Detik.com, Kamis, 26/05/2011)

http://www.detiknews.com/read/2011/05/26/212303/1647707/934/tiga-ledakan-guncang-cina-5-orang-terluka

China Klaim 1000 Perusahaannya Investasi di RI

Ade Irawan – detikFinance

Jakarta – China mengklaim telah mengirimkan lebih dari 1000 perusahaan yang sudah melakukan investasi di Indonesia. Investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan China tersebut meliputi bidang infrastruktur, kelistrikan, energi, komunikasi, agrikultur, manufaktur, dan beberapa sektor lainnya.

Pada tahun 2010, setelah pelaksanaan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA), volume perdagangan antara Indonesia dan China telah meningkat 50% dibanding tahun sebelumnya.

Vice Chairman of the Shanghai Municipal Commission of Commerce Wang Xin Pei mengungkapkan, kerja sama Indonesia dan China akan semakin berkembang dan bermanfaat bagi kedua negara.

“Kami percaya kedua negara akan menikmati masa depan cerah dan menjanjikan bagi masyarakat kedua negara,” katanya seperti yang dikutip dari siaran pers yang diterima oleh detikFinance Rabu (25/5/2011).

Pada periode triwulan I tahun 2011 perdagangan kedua negara telah mencapai US$ 12,5 miliar atau meningkat 40% dari musim pertama tahun 2009. Pada akhir tahun 2011 diharapkan akan melampaui US$ 50 miliar bila kondisinya tetap terjaga.

Indonesia dan China juga saling berbagi kepentingan bersama untuk terus menjalin kerjasama. Indonesia dengan perubahan ekonomi dan sosial, menjaga stabilitas politik dan keamanan, sementara China tengah mendorong perubaan model ekonomi dengan memperluas permintaan dalam negeri, memperkuat sistem jaminan sosial, dan mempromosikan pembangunan.

(Sumber: DetikFinance, Rabu, 25/05/2011)

http://www.detikfinance.com/read/2011/05/25/161254/1646986/4/china-klaim-1000-perusahaannya-investasi-di-ri?fsubbs4

Calon Pemimpin Komunis China Tekankan Marxisme

Oleh Matthew Robertson

Xi Jinping

Kader yang dicanangkan untuk menjadi pemimpin berikutnya dari Partai Komunis China (PKC), Xi Jinping, memberikan pidato khusus tentang Marxisme kepada calon perwira dari Sekolah Pusat Partai pada 13 Mei lalu. Sekolah ini adalah lembaga pelatihan tertinggi untuk para pejabat PKC, dan Xi adalah presidennya.

Dalam pidatonya ia berbicara tentang pentingnya menyelami idiologi komunis. “Kader terkemuka kita harus … mempertahankan cita-cita dan kepercayaan yang teguh” katanya.

“Anda tidak bisa melakukannya tanpa bimbingan filsafat Marxisme,” ia menambahkan,  tokoh-tokoh dari pentolan komunis, termasuk Engels, Lenin, dan Mao. Chinascope, sebuah organisasi yang memantau pidato partai komunis, memberikan terjemahan memihak.

Pernyataan  terbuka seperti ini, berarti  Xi  menyelaraskan diri dengan faksi konservatif di partai, yang mendukung dominasi mutlak PKC di masyarakat, berbeda dengan yang disebut “reformis” seperti Wen Jiabao, yang secara terbuka mendukung media, hukum dan liberalisasi politik. (EpochTimes/man)

(Sumber: Erabaru.net, Jumat, 20 May 2011)

Apple Selidiki Ledakan Pabrik iPad di China

Oleh Andrews Amanda

Apple akan menghadapi tekanan untuk meninjau keberadaannya di China setelah dua orang tewas dalam ledakan di pabrik yang memproduksi iPad generasi 2. Foxconn, dikenal sebagai pemasok Apple iPhone dan iPad, telah mendapat tekanan dalam 18 bulan terakhir, setelah lebih dari 13 pekerja pabrik bunuh diri.

Kritikus mengatakan karyawan perusahaan dipekerjakan dalam kondisi kerja keras, berjam-jam dengan bayaran yang rendah. “Kami bekerja sama dengan Foxconn saat ini untuk memahami apa yang menyebabkan kejadian mengerikan ini,” kata Steve Dowling, juru bicara Apple yang berbasis di California. “Kami sangat sedih dengan tragedi itu.”

Ledakan itu diyakini telah menghantam pabrik pemoles yang melakukan perakitan akhir. Perwakilan Foxconn telah memastikan dua orang tewas dan 16 luka-luka dari kejadian itu, dan tiga orang dilaporkan cedera serius. Pabrik 2 miliar dolar AS yang memproduksi laptop di mana ledakan terjadi dibuka pada bulan Oktober.

Menurut laporan dari China, kesimpulan awal polisi di Chengdu mengatakan bahwa ledakan itu tidak disebabkan oleh kesengajaan. Foxconn adalah pembuat komponen komputer terbesar di dunia dan membuat barang-barang untuk Apple, Dell, Hewlett-Packard, Sony dan Nokia.

Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 1 juta orang di China, sekitar setengah dari mereka berbasis di fasilitas utama di kota selatan Shenzhen. Foxconn telah memperluas lapangan kerja di bagian lain di China karena berusaha untuk meninjau kembali ukuran pabriknya di Shenzhen. (AFP/man)

(Sumber: Erabaru.net, Selasa, 24 May 2011)

http://www.erabaru.net/china/44-china-update/26479–apple-selidiki-ledakan-pabrik-ipad-di-china

Pemimpin gereja di China minta perlindungan

Gereja Shouwang diperkirakan memiliki lebih dari 1.000 anggota di Beijing

Pemimpin 17 gereja Kristen tidak resmi di China mendesak pemerintah melindungi hak mereka untuk beragama dan beribadah. Desakan ini tercantum dalam petisi yang disampaikan kepada ketua parlemen, Wu Bangguo.

“Kami mengamati konflik antara gereja dan pemerintah di Beijing dan menurut kami tidak ada keinginan untuk mencoba mengatasi masalah ini,” demikian salah satu bunyi petisi tersebut.

Para pemimpin gereja mendesak pemerintah mengeluarkan undang-undang baru yang melindungi kebebasan beragama.

Melalui petisi ini mereka mendesak penyelidikan perlakuan buruk aparat pemerintah terhadap anggota gereja Shouwang.

Konstitusi China menjamin hak beribadah namun puluhan anggota gereja ditangkap dalam beberapa bulan terakhir.

Reaksi pemerintah

Dari sekitar 70 juta pemeluk Kristen di China, 50 juta di antaranya adalah anggota gereja yang tidak diakui oleh pemerintah.

Shouwang adalah salah satu kelompok Kristen bawah tanah di Beijing dengan anggota lebih dari 1.000 orang.

Selama ini mereka bisa melakukan kegiatan dengan relatif lancar namun belakangan membuat pemerintah marah karena bersikukuh ingin menggelar misa di tempat terbuka setelah sewa gedung yang dipakai sebagai gereja tidak diperpanjang.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan para anggota Shouwang beberapa kali mengadakan kegiatan di jalan. Tindakan pemerintah untuk menindak mereka ditujukan untuk menjaga ketertiban umum.

“Pemerintah China menjamin hak rakyat dalam beragama dan beribadah namun semuanya harus dalam koridor hukum yang berlaku,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Jiang Yu dalam keterangan pers kepada para wartawan di Beijing.

“Dalam menjalankan hak ini rakyat tidak boleh mengganggu keamanan dan ketertiban umum,” kata Jiang Yu.

(Sumber: BBC Indonesia, 12 Mei 2011)

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/05/110512_kristen_cina.shtml

People’s Daily China Terbitkan Seruan Toleransi

Oleh Heng He

PEMIKIRAN HETEROGEN: Kelompok pendukung hak asasi  manusia melakukan protes di daerah perbelanjaan ramai dengan seseorang duduk di dalam ‘penjara,’ meminta dilepaskannya artis dari daratan Ai Weiwei di Hong Kong pada 22 April. (Mike Clarke/AFP/Getty Images)

Di tengah upaya panjang selama beberapa bulan untuk menekan ekspresi independen, People’s Daily dalam sebuah komentar menyerukan untuk lebih toleransi terhadap ide-ide yang berbeda. Artikel 28 April itu telah secara alami menimbulkan sensasi di China dan telah dipublikasikan dan diumumkan kembali oleh bebarapa surat kabar dan website resmi.

Salah seorang pengamat mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat People’s Daily menerbitkan artikel seperti ini untuk 20 tahun – ini akan menjadi acuan bagi lima hari di mana kebebasan berbicara hampir diperbolehkan di People’s Daily sebelum tank-tank meluncur ke Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989.

Sikap hati-hati di balik komentar ini layak diamati.

Siapa Di balik Artikel ini?

Judul artikel yang dipublikasikan People’s Daily tidak memiliki subjek: “Mengenai Mentalitas Sosial dari Mentolerir Pemikiran Heterogen.” Selain itu, artikel itu sendiri, kecuali satu kalimat, tidak mengatakan siapa yang harus toleran.

Sebagian besar media resmi yang menerbitkan artikel itu menggunakan judul “Penguasa Harus Mentolerir Pemikiran Heterogen,” yang setidaknya sedikit lebih jelas. Tapi siapa yang ada di balik seruan toleransi ini adalah sama sekali tidak jelas.

Artikel ini ditandatangani oleh “Departemen Komentari People’s Daily.” Harian Rakyat adalah salah satu dari dua surat kabar yang secara langsung dimiliki oleh Komite Central PKC. Satunya lagi adalah Harian Guangming, yang sekarang lebih menfokuskan pada pencapaian akademis.

People’s Daily memiliki sejarah panjang dalam mewakili suara partai komunis, meskipun tandatangan dari artikel-artikel penting berubah dari waktu ke waktu. Selama Revolusi Kebudayaan, ketika keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh Mao atau anak buahnya, Grup Pemimpin Revolusi Kebudayaan, artikel untuk merefleksikan kebijakan itu selalu ditandai sebagai “Editorial dari Dua Koran dan Satu Jurnal,” nama singkat bagi People’s Daily, PLA Daily, dan Red Flag Journal.

Pada tahun 1999 dan tahun-tahun awal penganiayaan Falun Gong, nama yang paling biasa menandatangani artikel-artikel yang menyerang Falun Gong adalah “Komentator Khusus People’s Daily.”

Di satu sisi, tanda tangan yang digunakan pada artikel penyeruan toleransi ini meninggalkan ketidakjelasan apakah itu mewakili sudut pandang dari para pemimpin atas Partai, seperti Politbiro atau Komite Tetap.

Di sisi lain, kita bisa hampir yakin bahwa Departemen Komentari tidak bisa mengeluarkan ide sendiri atas artikel ini. Ide itu pasti datang dari tingkat atas, sebuah kelompok kuat atau bahkan seorang pemimpin kuat.

Pemikiran Heterogen

Ungkapan “pemikiran heterogen” tidak umum digunakan dalam literatur China. Hal ini mengacu pada ide-ide yang tidak termasuk dalam ideologi utama.

Tentu saja, di China hari ini, ideologi utama adalah ideologi partai komunis China. Pertanyaannya adalah, apakah ideologi Partai itu? Menurut doktrin resmi, ideologi Partai terdiri dari pemikiran Marxisme, Leninisme, Mao Zedong, teori Deng Xiaoping, tiga waki Jiang Zemin, dan konsep pengembangan ilmiah Hu Jintao.

Namun, ideologi yang berbeda ini adalah tidak sama, dan kadang-kadang mereka bahkan saling bertentangan satu sama lain. Mereka sendiri adalah “pemikiran heterogen.” Secara teoritis, tidak ada cara untuk mengetahui apa saja ide-ide berbeda yang membentuk ideologi utama, dan jika ada ideologi utama, pemikiran apakah yang membedakannya?

Permasalahan “pemikiran heterogen” adalah bukan tentang apa pemikiran itu, tapi siapa yang melakukan pemikiran. Jika pemerintah memiliki pilihan untuk toleransi, mereka pasti memiliki pilihan untuk tidak toleransi. Selama kekuasaan untuk membuat keputusan berada di tangan para pejabat, tidak ada gunanya membahas toleransi.

Baru-baru ini, banyak aktivis, termasuk seniman terkenal Ai Weiwei, telah mengalami penghilangan paksa, penahanan, atau pelecehan karena pemikiran yang berbeda. Siapa yang ada di balik semua pelanggaran ini?

Para pengambil keputusan bisa jadi para teoritisi Partai atau Polisi Keamanan Domestik terkenal. Melihat situasi saat ini, pembuat keputusan pastilah polisi: Otot melakukan pekerjaan otak.

Ada sebuah kisah nyata yang dapat menjelaskan situasi dengan sangat baik. Polisi menemukan seorang petani mendistribusikan brosur. Mereka menemukan kata-kata di dalam brosur itu bersifat menyerang dan memutuskan untuk menahan petani itu.

Petani itu menjelaskan bahwa ia hanya membagikan salinan dari Konstitusi China. Nah, polisi tidak tahu apa yang telah dikatakan di dalam Konstitusi, sehingga mereka mencari sebuah salinan untuk membuat perbandingan. Ternyata semuanya persis sama.
Kata Ajaib ‘Tetapi’

Untuk menunjukkan harus ada toleransi yang lebih besar, artikel itu mengutip kata-kata Mao, Deng, dan para pemimpin sekarang bahwa para pemimpin Partai harus membiarkan orang lain berbicara dengan bebas. Ironisnya, mereka yang dikutip justru adalah orang-orang yang mendirikan sistem untuk membungkam orang-orang.

Pada tahun 1957, Mao mendorong para intelektual untuk membuat saran atau bahkan kritikan terhadap Partai, dan kemudian menumpas mereka yang berbicara. Mao menyebutnya “membujuk ular keluar dari lubangnya.”

Penghilangan paksa Ai Weiwei tidak ada hubungannya dengan kejahatan ekonomi, seperti yang sekarang yang diklaim oleh Partai. Itu hanya karena ia telah berbicara dengan cara-cara yang tidak disukai Partai. Dalam sejarah Partai, tidak pernah mentolerir pembicaraan benar dan kritikan terhadap Partai – dan tidak akan pernah mentolerir pidato seperti itu.

Meskipun sebagian besar artikel membicarakan tentang bagaimana penguasa harus mentolerir ide, suara, dan pemikiran berbeda, hal itu membuat pengecualian, dengan menggunakan kata “tetapi.” Artikel itu berkata: “Kritik-kritik bisa saja benar atau salah, dan kritikan bahkan bisa saja terdengar ekstrim. Tapi selama itu keluar dengan niat baik, tanpa melanggar hukum dan peraturan, tanpa merusak ketertiban umum dan kepentingan umum, itu harus ditangani dengan toleransi, tidak diperlakukan sebagai konfrontasi.”

Karena niat baik hanyalah perasaan subjektif dari para penguasa atau  pejabat yang telah dikritik, kami belum melihat adanya kritikan yang mereka anggap telah diucapkan keluar dengan “niat baik,” dan kami juga tidak berharap untuk melihatnya dalam waktu dekat.

Adapun bagi hukum dan peraturan, para pejabat telah menciptakan tuduhan “fitnahan terhadap pemerintah” yang akan digunakan untuk melawan mereka yang berani mengkritik para pejabat rezim. Karena kekuatan interpretasi ada di dalam tangan orang-orang yang dikritik, selama ini kritikan tidak mempunyai banyak kesempatan selama “tetapi” ini menempatkan batas bagi toleransi.

Siapa Yang Membela

Penulis artikel menyoroti salah satu kalimat untuk menekankan pentingnya. Kalimat itu mengatakan, “Saya mungkin tidak setuju dengan apa yang kamu tulis, tapi aku akan membela sampai mati hak kamu untuk mengatakannya.”

Kutipan terkenal ini yang biasanya dihubungkan dengan Voltaire tapi sebenarnya ditulis oleh Evelyn Beatrice Hall dalam menyimpulkan pemikiran Voltaire, adalah yang paling tidak tepat untuk digunakan dalam situasi seperti ini.

Orang yang perlu dibela adalah sedang dibungkam oleh pihak yang lebih kuat, baik itu pemerintah atau, sebelumnya gereja. Di China, para pejabat adalah orang-orang yang membungkam. Mereka tidak perlu melakukan pembelaan terhadap tindakan-tindakan lain, belum lagi “membela sampai mati.”

Ketika berhadapan dengan kritik, seharusnya reaksi terbaik bagi pihak berwenang adalah tidak melakukan apa-apa. Sayangnya, kita hampir tidak pernah, atau sama sekali belum pernah melihat pemerintah tidak melakukan apa-apa dalam menghadapi kritikan.

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia telah menyaksikan kerusakan yang cepat dari situasi hak asasi manusia yang sudah menyedihkan. Hal ini membuat artikel People’s Daily menjadi lebih menarik. Ada pepatah China kuno: mencegah kue untuk mencegah kelaparan.

Siapa pun yang menggambar kue di dalam artikel ini tidaklah ingin memberikan harapan terlalu tinggi kepada orang-orang. Itu sebabnya artikel ini hanya muncul di halaman 14 dari edisi cetak People’s Daily dan tidak ditampilkan sebagai sebuah editorial atau artikel oleh komentator khusus.  (EpochTimes/khl)

(Sumber: Erabaru.net, Sabtu, 14 May 2011)

http://www.erabaru.net/top-news/36-news1/26204-peoples-daily-china-tenerbitkan-seruan-toleransi

China berang terhadap AS

Pernyataan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang menyebut rekor pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di China sangat menyedihkan bagi pemerintahan yang menolak demokrasi, membuat pemerintah komunis China berang. Pernyataan Hillary itu, sebagaimana warta AP dan AFP pada Sabtu (14/5/2011), termaktub dalam majalah Atlantic.

Cina menolak anggapan Amerika Serikat yang menyebut negara tirai bambu itu memiliki rekor pelanggaran hak asasi manusia yang buruk.

Cina justru balik memperingatkan AS dengan menyebut pernyataan yang dikeluarkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton itu sebagai upaya untuk menggeser kekacauan di Timur Tengah ke Cina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Jiang Yu mengatakan upaya untuk menggeser kerusuhan yang terjadi di Timur Tengah ke Cina itu akan gagal.

Jiang Yu mengatakan ”adalah hal yang tak pantas untuk membandingkan Cina dengan kekacauan di kawasan Afrika utara atau Timur Tengah.”

Pernyataan Cina ini keluar dalam tanggapan atas pernyataan Hillary Clinton di majalah Atlantic yang dikutip mengatakan rekor pelanggaran hak asasi manusia Cina sangat menyedihkan bagi pemerintahan yang menolak demokrasi.

(Sumber: BBC & Kompas.com, Sabtu, 14 Mei 2011)

Komunis Perangi ‘Gereja Rumah’ China

Oleh Luo Ya

Rezim komunis China terus mengadakan razia terhadap umat Kristiani yang sedang melakukan kebaktian di luar ruangan dari sebuah gereja Kristen bawah tanah ‘gereja rumah’ di Beijing Minggu pertama di bulan Mei ini.

Penangkapan menunjukkan niat dari kepala Sekretaris untuk urusan Agama China yang baru diangkat ingin “menutup dan menghancurkan semua gereja rumah” dan mau membawa mereka di bawah kontrol rezim komunis, anggota gereja mengatakan kepada The Epoch Times.

Setidaknya 31 orang umat Kristen ditangkap dari Gereja Shouwang Beijing pada 1 Mei menurut China Aid Association. Orang-orang ini dikirim ke Biro Keamanan Publik atau stasiun polisi yang berbeda, di antara mereka adalah pemimpin dari New Tree Church Beijing yang telah bergabung dengan pelayanan Gereja Shouwang. Dia ditahan oleh polisi selama dua hari penuh.

Ini tindakan kekerasan terakhir pada Gereja Shouwang dampak lanjut dari penggerebekan polisi sebelumnya pada 17 April dan pada 24 April saat perayaan paskah beberapa lusin anggota gereja ditangkap dan 500 anggotanya ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Pembicaraan hak asasi manusia China – AS pada akhir April, di mana AS memunculkan isu penganiayaan terhadap kelompok-kelompok agama, terbukti tidak efektif dalam melindungi orang Kristen China yang memilih untuk beribadah di luar sanksi negara “Tiga Gerakan Patriotik” Gereja.

“Tujuan sebenarnya di balik penindasan rezim komunis Cina dari Gereja Shouwang adalah untuk benar-benar memecah gereja-gereja rumah seperti Gereja Shouwang dan akhirnya menggabungkan mereka ke dalam Gereja yang dikendalikan rezim komunis. Ini adalah tujuan yang ingin segera dicapai oleh Sekretaris urusan Agama baru ditunjuk,” kata seorang anggota Gereja Shouwang yang meminta untuk tetap namanya dirahasiakan kepada The Epoch Times.

Dia mengatakan informasi ini datang dari pertemuan internal Biro Agama. Apakah mereka menyewa ruang dalam bangunan kantor atau beribadah di rumah, gereja rumah telah berangsur-angsur telah menggantikan gereja yang dikelola rezim di setiap sudut negeri, kata anggota gereja. Dan gereja-gereja rumah tidak mengikuti ajaran kantor Administrasi urusan Agama rezim komunis.

“Kepercayaan adalah kebebasan. Tidak mungkin untuk meminta kami untuk mendaftar di sebuah gereja palsu yang dijalankan oleh rezim komunis China. Itu bertentangan dengan keyakinan gereja rumah kami,” katanya. “Masalah-masalah terhadap Gereja Shouwang adalah cerminan apa yang dihadapi semua gereja rumah di China. Jika Gereja Shouwang dihapuskan, semua gereja rumah di seluruh China menghadapi penekanan berikutnya,” katanya.

Global Times, sebuah koran internasional yang dijalankan oleh People Daily media corong partai komunis China, menyatakan dalam sebuah editorial 26 April bahwa gereja-gereja rumah terlibat dalam kegiatan ilegal. “Mereka tidak terlibat dalam urusan agama namun dalam urusan politik,” kata editoria. (EpochTimes/sum) (Sumber: Erabaru.net, Selasa, 10 May 2011) http://www.erabaru.net/china/44-china-update/26035-komunis-perangi-gereja-rumah-china

Pengacara HAM China Menghilang

Oleh Malcolm Moore

Li Xuemei (tengah) istri dari Zhao Lianhai, meninggalkan pengadilan dengan pengacaranya Li Fangping (kiri) and Peng Jian (kanan) setelah sidang suaminya di Beijing, Selasa, 30 Maret, 2010. Zhao Lianhai, yang mengorganisir para orang tua yang anak-anak mereka keracunan dalam skandal terbesar keselamatan makanan China, mengajukan gugatan tak bersalah atas tuduhan menyulut kekacauan social, kata pengacaranya.(AP Photo/Andy Wong)

Li Fangping (36) mengatakan kepada istrinya melalui telepon pada Jumat (29/4) sore: “Ada agen keamanan negara dibawah dan mereka akan membawaku pergi saya akan pergi untuk beberapa waktu, makan malam sendiri..ya”

Dia tidak pernah terlihat dan terdengar kabarnya sejak “dihilangkan ” oleh otoritas China. Bulan lalu, Ai Weiwei, artis internasional yang terkenal, juga menghilang dan belum muncul sampai saat ini.

Li menangani beberapa kasus yang paling diperdebatkan di China. Dia menasehati para orang tua yang anak-anak mereka keracunan susu beracun pada tahun 2008 dan merupakan wakil salah satu dari mereka, Zhao Lianhai, yang diadili setelah dia membuat sebuah situs web untuk mempublikasikan bahaya susu bermelamin.

Li juga menentang sensor internet China dan dipukuli oleh preman di tahun 2006 ketika mencoba mewakili Chen Guangcheng, seorang rekan pengacara yang dipenjara setelah ia mengungkapkan serangkaian aborsi paksa brutal yang dilakukan oleh pihak berwenang di provinsi Shandong.

Sesaat sebelum Li menghilang, rezim komunis China melepas temannya yang sesama  pengacara hak asasi, Teng Biao, yang  diam-diam ditahan selama dua bulan. Kasus Teng telah didesak  oleh Michael Posner, diplomat Amerika Serikat, selama KTT tentang hak asasi manusia di Beijing minggu lalu.

“Laporan hilangnya Li Fangping pengacara hak asasi manusia terkenal, pada hari yang sama  Teng Biao dilepas menunjukkan bahwa pasukan keamanan sedang melakukan serangan terencana pada pembela vokal hak asasi manusia,” kata Phelim Kine, peneliti Asia untuk Human Rights Watch, sebuah kelompok advokasi berbasis di New York.

Li sebelumnya tidak pernah ditahan secara diam-diam, kata istrinya. “Itu sebabnya saya khawatir akan ketidakjelasannya,” katanya. “Ada kekhawatiran bahwa dia benar-benar dibawa pergi oleh para kriminal yang membalas dendam atas kasus-kasus pembelaan yang ditanganinya.” (Telegraph/man)

(Sumber: Erabaru.net, Rabu, 04 May 2011)

http://www.erabaru.net/china/44-china-update/25865-pengacara-ham-china-menghilang

Pesawat Merpati yang Jatuh Buatan China

“Padahal pesawat itu baru dua bulan lalu [beroperasi].”

Oleh: Muhammad Hasits

Merpati (ANTARA/ Yusran Uccang)

VIVAnews – Pesawat jenis Xian MA-60 milik Merpati yang jatuh di laut dekat Bandara Kaimana, Papua Barat adalah termasuk pesawat baru.

Pesawat jenis ini produksi Xi’an Aircraft Industrial Corporation di bawah China Aviation Industry Corporation I (AVIC I). “Padahal pesawat itu baru dua bulan lalu [beroperasi],” kata Kepala Badan SAR Nasional, Nono Sampono, Sabtu, 7 Mei 2011.

Pesawat ini mampu terbang dengan kapasitas 50 penumpang. Biasanya, pesawat jenis ini melayani rute-rute untuk penerbangan jarak dekat. “Memang pesawat itu buatan China,” ujar Kepala Humas Merpati Imam Turidi.

Kecepatan terbang pesawat tersebut maksimal 514 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, pesawat ini mampu terbang dengan ketinggian 7620 meter karena ditopang dengan dua mesin. “Tapi sebelum sampai bandara, pesawat sudah jatuh dan hancur berkeping-keping,” jelas Nono.

(Sumber: VivaNews, Sabtu, 7 Mei 2011)

http://nasional.vivanews.com/news/read/219014-pesawat-ma-60-yang-jatuh-buatan-china